Jumat, 19 April 2013

Malaikat Maut dan Nabi Ya'qub as.

Kitab tersebut menerangkan ; Malaikat maut dengan Nabi Ya'qub as. hampir seperti saudara. Dan suatu saat malaikat maut mendatangi Nabi Ya'qub as. dan berkata :
"Wahai malaikat maut, engkau datang menjenguk aku atau mau mencabut nyawaku."

"Aku datang berkunjung Wahai NabiyullooHh." Jawab sang malaikat maut.

"Kalau begitu, aku meminta kepadamu untuk mengabulkan hajatku ini." Pinta sang Nabi Ya'qub as.

"Maksudnya ?" sela malaikat maut.

"Beritahukanlah kepadaku, kalau engkau mau mencabut nyawaku." Jawab sang Nabi.

Kata malaikat :
"Baiklah, aku akan mengirim 2 atau 3 malaikat utusanku."


Dan suatu saat malaikat maut datang. Nabi Ya'qub as. bertanya seperti biasanya :
"Wahai malaikat maut, engkau berkunjung padaku atau mencabut nyawaku ?"

"Mencabut nyawamu Wahai NabiyullooHh." Jawab malaikat maut.

"Bukankah dulu, engkau pernah memberitahuku akan mengirim 2 atau 3 malaikat utusan." Jawab nabi Ya'qub as.

"Bukankah aku sudah melaksanakannya." bantah malaikat maut.

"Rambutmu yang sudah memutih, lemahnya tubuhmu, dan bungkuknya punggungmu. Bukankah kesemuanya itu sebagi utusan pada seluruh anak cucu Adam apabila menjelang ajalnya." Jawab kembali sang malaikat maut.

"Sudah lewat waktu dan hari, padahal dosa masih saja dikerjakan ; bahkan datang utusan kematian, namun hati masih saja lalai. Kenikmatanmu di dunia hanya tipuan belaka; bahkan kehidupanmu di dunia hanyalah semu yang tidak bisa dibenarkan."

Abul Ali Addaqooqi ra. berkata :
"Aku pernah memasuki rumah orang shaleh yang sakit. Dia termasuk guru besar, dan banyak sekali orang yang berkunjung menjenguk sakitnya. DIa menangis dlam umurnya yang tinggal sedikit."

Aku pun bertanya :
"Kenapa tuan menangis ? apa karena urusan duniawi ?"

Ia pun menjawab :
"Bukan, tetapi karena tertundanya sholat-sholatku."

"Bagaimana itu bisa terjadi? bukankah engkau oang yang rajin sholat ?" tanyaku.

Ia berkata :
"Hari ini keadaanku tidak bertambah. Aku tidak sujud, kecuali selalu lalai (tidak khusyuk), begitu pula ketika aku mengangkat kepalaku. Dan aku menjelang matipun dalam keadaan lengah ?"

Lalu ia meniup debu sambil melantunkan syair :
"Aku berpikir tentang pertemuanku di hari kiamat kelak ;
serta menyentuhnya pipiku di kuburan seorang diri,
padahal sebelumnya ia mulia dan luhur,
semua itu diimpaskan dengan dosaku,
sementara debu merupakan bantalku.
Aku memikirkan betapa lamanya hisab,
dan sangat hinanya diriku ketika diberi catatan amal,
namun aku hanya punya harapan kepada-Mu Wahai Tuhanku
yang menciptakan aku.
Hanya Engkaulah Tuhanku yang bisa mengampuni segala kesalahanku."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar